Saturday, January 28, 2012

Kisah Cinta Sejati


Ini adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda alhabsyi dan ibuku, Yasmine Ghauri. 
Mereka bertemu di sebuah acara resepsi pernikahan dan kata ayahku ia jatuh cinta pada 
pandangan pertama ketika ibuku masuk ke dalam ruangan dan saat itu ia tahu, inilah 
wanita yang akan menikah dengannya. Itu menjadi kenyataan dan kini mereka telah 
menikah selama 40 tahun dan memiliki tiga orang anak, aku anak tertua, telah menikah 
dan memberikan mereka dua orang cucu.

Mereka bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat baik bagi 
kami, mereka membimbing kami, anak-anaknya dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan.

Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Saat itu beberapa 
ibu-ibu tetangga kami mengajak ibuku pergi ke pembukaan pasar murah yang mengobral 
alat-alat kebutuhan rumah tangga. Mereka mengatakan saat pembukaan adalah saat terbaik 
untuk berbelanja barang obral karena saat itu saat termurah dengan kualitas 
barang-barang terbaik.

Tapi ibuku menolaknya karena ayahku sebentar lagi pulang dari kantor. Kata ibuku,"Mama 
tak akan pernah meninggalkan papa sendirian".
Hal itu yang selalu dicamkan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang 
wanita aku harus patuh pada suamiku dan selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik 
miskin, kaya, sehat maupun sakit. Seorang wanita harus bisa menjadi teman hidup 
suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu menurut mereka, itu hanya janji 
pernikahan, omong kosong belaka. Tapi aku tak pernah memperdulikan mereka, aku percaya 
nasihat ibuku.

Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami mengalami duka, setelah ulang tahun 
ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi dan menjadi lumpuh. Dokter mengatakan 
kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi, dan dia harus menghabiskan 
sisa hidupnya di tempat tidur.

Ayahku, seorang pria yang masih sehat di usianya yang lebih tua, tapi ia tetap merawat 
ibuku, menyuapinya, bercerita banyak hal padanya, mengatakan padanya kalau ia 
mencintainya. Ayahku tak pernah meninggalkannya, selama bertahun-tahun, hampir setiap 
hari ayahku selalu menemaninya, ia masih suka bercanda-canda dengan ibuku. Ayahku 
pernah mencatkan kuku tangan ibuku, dan ketika ibuku bertanya ,"untuk apa kau lakukan 
itu? Aku sudah sangat tua dan jelek sekali". Ayahku menjawab, "aku ingin kau tetap 
merasa cantik".

Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, ia merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan 
kasih sayang, para kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka sangat 
kagum dengan kasih sayang ayahku pada ibuku yang tak pernah pudar.

Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,"...kau tahu, Linda. Ayahmu tak akan 
pernah meninggalkan aku...kau tahu kenapa?" Aku menggeleng, dan ibuku melanjutkan, 
"karena aku tak pernah meninggalkannya..."

Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi dan ibuku, Yasmine Ghauri, mereka 
memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggung jawab, kesetiaan, rasa hormat, 
saling menghargai, kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka 
memberikan contoh dari kehidupannya.